Tentang
Tentang
Nama Korong : Sialangan
Mata Pencarian : Petani
Jumlah Penduduk : 1.126 Jiwa
Potensi
PDAM di Sialangan telah beroperasi sejak tahun 2017, dengan sumber air yang berasal dari mata air di sekitar lokasi PDAM. Cakupan airnya telah mencapai kota Pariaman, sementara Nagari Gunung Padang Alai masih menggunakan PDAM lama. Sistem aliran air menggunakan gravitasi, di mana air mengalir dari ketinggian ke PDAM tanpa batasan. Jika kolam di PDAM penuh, air yang berlebih akan kembali ke sumbernya. Hingga kini, tidak ada kendala kekurangan air di pusat kota Pariaman berkat sistem ini.
Di sekitar kolam PDAM, terdapat selang-selang penyaring air yang berfungsi untuk menyaring air sebelum disalurkan ke pemukiman. Terdapat tiga bak penampungan air yang telah disaring, dan aliran air ke pemukiman menggunakan selang terpisah. Di perkotaan, air PDAM dibagikan secara bergiliran, sedangkan di Nagari Gunung Padang Alai, aliran air masih mencukupi tanpa perlu sistem pembagian waktu. PDAM ini didirikan dengan bantuan dana dari Mongolia dan dikelola oleh wali nagari saat itu, Pak Safrizal A.
Budidaya kayu manis di Korong Sialangan memerlukan waktu 6-8 tahun dari penanaman hingga panen. Kayu manis digunakan sebagai bumbu masakan, sementara batangnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sekitar 75% masyarakat di Korong Sialangan memiliki kebun kayu manis, dan hasil panen dijemur sebelum dijual ke toke-toke di kampung dan dipasarkan ke pabrik di Padang. Masyarakat juga menanam pohon durian, pinang, kelapa, petai, dan jengkol di antara kebun kayu manis untuk mengisi waktu menunggu panen.
Air terjun di Sialangan direncanakan menjadi objek wisata, menawarkan keindahan air yang jernih dan arus yang tenang, cocok untuk wisata keluarga. Selain itu, hutan lindung di Korong Sialangan, yang dikelilingi sawah, menjadi lokasi hiking yang menarik, dengan pemandangan indah yang dapat dilihat dari puncaknya, termasuk pantai di pusat kota Pariaman.
Di korong Sialangan, berburu babi hutan adalah kegiatan yang umum. Namun, berburu di sana tidaklah mudah dan penuh risiko. Babi hutan di daerah tersebut dikenal besar dan kuat, sehingga seringkali membuat anjing pemburu terluka parah, bahkan hingga mati. Tidak jarang, dalam satu perburuan, 10 hingga 15 ekor anjing menjadi korban keganasan babi hutan.
Keperkasaan babi hutan di korong Sialangan memang luar biasa. Konon, seekor babi hutan yang menjadi target buruan bahkan bisa bertahan meski telah ditekan dan ditembak hingga 10 kali. Babi yang berhasil ditangkap biasanya tidak dijual, melainkan diberikan kepada masyarakat Nias atau Batak sebagai bentuk silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.
Berburu babi di korong Sialangan memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, pemburu harus memiliki anjing pemburu yang handal. Kedua, mereka harus membawa tombak atau gala sebagai senjata tradisional. Ketiga, senapan panati menjadi senjata andalan untuk melumpuhkan babi hutan.
Para pemburu di korong Sialangan biasanya tergabung dalam kelompok yang terdiri dari 15 orang. Solidaritas antar anggota kelompok sangat tinggi. Jika ada anggota yang terluka, mereka akan saling membantu dengan memberikan sumbangan secara bersama-sama. Anjing pemburu, meski terkadang terlihat gila, tetaplah hewan yang setia kepada tuannya. Kesetiaan anjing menjadi modal penting dalam keberhasilan perburuan di korong Sialangan.